Skuadron 51 ikut memantau pergerakan SantosoAerostar TUAV: Drone Intai Andalan Skadron Udara 51 TNI AU ○
Tim Alfa 29 Batalyon Infantri 515 Komando Strategi TNI Angkatan Darat (Kostrad) berhasil menembak mati pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sekaligus gembong teroris paling dicari, Santoso, dalam baku tembak di hutan salah satu Pegunungan Biru, Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin, 18 Juli 2016.
Dibalik ketangguhan tim tersebut, ada peran besar pesawat tanpa awak atau drone milik TNI Angkatan Udara bernama Skuadron 51. Komandan Pangkalan TNI AU (Danlanud) Supadio Pontianak Marsekal Pertama (Marsma) Tatang Herlyansah mengatakan peran drone dalam operasi bersandi Tinombala itu memantau pergerakan Santoso dan anak buahnya selama berada di hutan pegunungan Poso.
"Kita telah dilibatkan dalam satgas Tinombala salah satunya Skuadron 51, yang ikut memantau pergerakan Santoso," ujar Tatang, di Danlanud Supadio Pontianak, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis, 21 Juli 2016, pada sejumlah media.
Jenderal Bintang satu ini menegaskan, selama operasi Tinombala berlangsung, Skuadron 51 terus memantau keadaan dan memetakan hutan yang menjadi tempat persembunyian Santoso dan anak buahnya.
Pantauan drone itu kemudian menjadi bahan data bagi tim untuk mengetahui akurasi keberadaan kelompok yang telah berafiliasi dengan kelompok radikal ISIS itu.
"Sehingga data yang disampaikan dari pemantauan udara ini dapat secara akurat ditindaklanjuti pasukan di darat. Sehingga dapat melumpuhkan Santoso dan anak buahnya," kata Tatang.
Pesawat jenis itu, kata Tatang, termasuk jenis drone yang cukup canggih. Skuadron 51 dapat dapat terbang selama 14 jam. Selain itu, pesawat tanpa awak ini mampu memantau lebih lama di udara dengan areal pemantauan seluas 200 kilometer persegi.
"Hal ini yang kelebihan pesawat tanpa awak, karena pesawat berawak maksimal mampu memantau di udara selama 8 jam. Itu pun kalau pilotnya mampu berada di udara selama waktu tersebut," ujar dia.
Tatang menjelaskan drone yang resmi dioperasikan pada 13 Juli 2015 itu juga tergolong multifungsi karena dapat digunakan dalam berbagai operasi. Selain untuk perburuan teroris, Skuadron 51 juga digunakan untuk memetakan lokasi kebakaran hutan dan lahan dan memetakan lokasi pencurian ikan dan kayu.
"Dilengkapi teknologi canggih. Video roll salah satunya. yang dapat dilihat secara real time. Selain itu juga dilengkapi sinar infrared sehingga dapat tracking dengan kondisi apapun," Tatang menandaskan.
Tim Alfa 29 Batalyon Infantri 515 Komando Strategi TNI Angkatan Darat (Kostrad) berhasil menembak mati pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sekaligus gembong teroris paling dicari, Santoso, dalam baku tembak di hutan salah satu Pegunungan Biru, Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin, 18 Juli 2016.
Dibalik ketangguhan tim tersebut, ada peran besar pesawat tanpa awak atau drone milik TNI Angkatan Udara bernama Skuadron 51. Komandan Pangkalan TNI AU (Danlanud) Supadio Pontianak Marsekal Pertama (Marsma) Tatang Herlyansah mengatakan peran drone dalam operasi bersandi Tinombala itu memantau pergerakan Santoso dan anak buahnya selama berada di hutan pegunungan Poso.
"Kita telah dilibatkan dalam satgas Tinombala salah satunya Skuadron 51, yang ikut memantau pergerakan Santoso," ujar Tatang, di Danlanud Supadio Pontianak, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis, 21 Juli 2016, pada sejumlah media.
Jenderal Bintang satu ini menegaskan, selama operasi Tinombala berlangsung, Skuadron 51 terus memantau keadaan dan memetakan hutan yang menjadi tempat persembunyian Santoso dan anak buahnya.
Pantauan drone itu kemudian menjadi bahan data bagi tim untuk mengetahui akurasi keberadaan kelompok yang telah berafiliasi dengan kelompok radikal ISIS itu.
"Sehingga data yang disampaikan dari pemantauan udara ini dapat secara akurat ditindaklanjuti pasukan di darat. Sehingga dapat melumpuhkan Santoso dan anak buahnya," kata Tatang.
Pesawat jenis itu, kata Tatang, termasuk jenis drone yang cukup canggih. Skuadron 51 dapat dapat terbang selama 14 jam. Selain itu, pesawat tanpa awak ini mampu memantau lebih lama di udara dengan areal pemantauan seluas 200 kilometer persegi.
"Hal ini yang kelebihan pesawat tanpa awak, karena pesawat berawak maksimal mampu memantau di udara selama 8 jam. Itu pun kalau pilotnya mampu berada di udara selama waktu tersebut," ujar dia.
Tatang menjelaskan drone yang resmi dioperasikan pada 13 Juli 2015 itu juga tergolong multifungsi karena dapat digunakan dalam berbagai operasi. Selain untuk perburuan teroris, Skuadron 51 juga digunakan untuk memetakan lokasi kebakaran hutan dan lahan dan memetakan lokasi pencurian ikan dan kayu.
"Dilengkapi teknologi canggih. Video roll salah satunya. yang dapat dilihat secara real time. Selain itu juga dilengkapi sinar infrared sehingga dapat tracking dengan kondisi apapun," Tatang menandaskan.
0 Response to "Kisah Drone Pantau Santoso di Hutan Poso"
Post a Comment